Ditemani semilir angin dari tepi pantai, warga dari Gold Coast, Brisbane dan sekitarnya berkumpul di Harley Park, Labrador, Australia pada tanggal 15 April untuk untuk merayakan hari suci Kuningan. Pada hari ini yang jatuh 10 hari setelah hari raya Galungan, umat Hindu dari Bali biasanya melakukan pemujaan kepada para Dewa dan leluhur untuk memohon keselamatan dan perlindungan lahir-bathin. Menariknya, bukan hanya warga asal Bali yang datang untuk turut serta dalam upacara tersebut, tetapi juga ada warga Australia yang membantu dalam pelaksanaan ritual dengan membuat sesajen, makanan dan bahkan ada yang menampilkan tari tradisional Bali.
Selama 3 tahun berturut-turut, yayasan Balinese Indonesian Multicultural Assocation
(BIMA) yang berlokasi di Gold Coast, Australia mengadakan upacara Kuningan di Queensland dengan tujuan utama untuk membantu para diaspora Bali menghidupkan tradisi dan budaya Bali di luar negeri, sambil memadamkan rasa rindu kepada kampung halaman di Bali. Selain itu, anggota BIMA juga ingin mengajak teman-teman dari suku bangsa dan agama lain untuk datang dan merasakan keindahan budaya dan kesenian Bali, sekaligus menjalin hubungan baik dengan masyarakat Australia.
Dalam upacara Kuningan yang dilakukan di Harley Park ini, BIMA telah mengundang seorang pemangku (pendeta) dari Gympie untuk memimpin kegiatan sembahyang bersama. Selain itu, para anggota dan teman BIMA bergotong-royong untuk membangun tempat pemujaan, lengkap dengan banten (sesajen dari buah-buahan), umbul-umbul, dupa dan tirta (air suci).
Setelah sembahyang bersama, upacara dilanjutkan dengan pertunjukan tari tradisional yang dibawakan oleh Sanggar Anahata dari Brisbane. Para anggota sanggar tersebut merupakan campuran budaya dan kewarganegaraan, termasuk Jane Ahlstrand asal Australia, Arathy Thirukumar yang keturunan Sri Lanka dan Ari Dharma asal Bali. Mereka bersama menampilkan tiga jenis tari Bali yaitu tari Baris, Margapati dan Jauk Keras yang disambut meriah oleh para penonton.
Saat ditanya, Presiden BIMA, Bapak Wayan Wiednya mengucapkan bahwa dia merasa sangat puas karena para sahabat dari berbagai latar belakang telah bergabung untuk merayakan hari raya Kuningan bersama di Gold Coast. “BIMA hanya menyediakan tempat buat saudara-saudara kami yang seperantauan untuk bisa melakukan persembahyangan dan sekaligus silaturahmi,” Kata Wayan.
“Sayangnya, kami orang Bali belum punya tempat suci atau ibadah di sini tetapi meskipun begitu, saya merasa sangat beruntung kami punya teman-teman yang bisa membantu untuk melaksanakan ritual kami, ujarnya.” Menurut Bapak Wiednya, semua kerja itu adalah Yadnya, yaitu, suatu berbuatan yang dilakukan dengan penuh bhakti keiklasan dan kesadaran.
Artikel yang sangat menarik, terima kasih
LikeLike